Sejarah
BANTAENG ”BUTTA TOA”
Secara geografis Kabupaten Bantaeng terletak pada titik 50 21’23”-5035’26” lintang selatan dan 119051’42”-12005’26” bujur timur.Berjarak 125 Km kearah selatan dari ibu kota Propinsi Sulawesi Selatan . Luas wilayahnya mencapai 395,83 Km2,dengan jumlah penduduk 170.057 jiwa (2006) dengan rincian laki-laki sebanya 82.605 jiwa dan perempuan 87.452 jiwa. Tebagi atas 8 kecamatan serta 46 desa dan 21 kelurahan Pada bagian utara daerah ini terdapat daratan tinggi yang meliputi pegunungan Lompobattang .Sedangkan selatan membujur dari barat ke timur terdapat di daratan rendah yang meliputi pesisir pantai dan persawahan .
Kabupaten Bantaeng yang luasnya mencapai 0,63% dari luas Sulawesi Selatan, masih memiliki potensi alam untuk di kembangkan lebih lanjut. Lahan yang di milikinya + 39.583 Ha. Di kabupaten Bantaeng mempnyai hutan produksi terbatas 1.262 Hektar dan hutan lindung 2.773 Hektar. Secara keselurhan lus kawasan hutan enurut fungsinya di kabupaten Bantaeng sebesar 6.222 Hektar (2006).
Karena sebagian penduduknya petani, maka wajar bila Bantaeng sangat mengandalkan sector pertanian. Mask dalam pengembangan Karaeng Lompo sebab memengjenis tanaman sayur-sayurannya sudah berkembang pesat selama ini. Kentang adalah tanaman hortikultura yang paling menonjol. Data terakhir menunjukkan bahwa produksi kentang mencapai 4.847 ton (2006). Selain kentang , holtikultra lainnya adalah kool 1.642 ton, wortel 325 ton, dan buah-buahan seperti pisang dan mangga. Perkembangan produksi perkebunan , khususnya komoditif utama mengalami peningkatan yan cukup berarti.
Sektor industri menjadi pilihan kedua untuk di kembangkan di Kabupaten Bantaeng yang dari than ketahun mengalami peningkatan . engembangan sektor industry sangat berpeluang dimsa mendatang, namun membtuhkan investor yang sangat kuat. Dengan perkembangan sector industry, dampaknya sangatpositif. Sebab disamping meningkatkan pendapatan masyarakat juga menyerap tenaga kerja . industry-industri yang berkembang antara lain adalah industri pembersih biji kemiri, pembuatan gula merah, pertenunan godongan, pembuatan perabot rumah tangga dari kayu, anyaman bambu atau dari daun lontar.
PARIWISATA
Sektor lain yang perlu diperhitungkan adlah sector pariwisata. Kabupaten Bantang memiliki peninggalan sejarah yang tercatat dalam buku-buku sejarah. Peninggalan- peninggalan sejarah tersebut sangat menarik untuk dikunjungi. Tak heran jika pemerintah kabupaten setempat sangat menaruh perhatian terhadap par hatian terhadap pariwisata. Terbukti direnovasinya berbagai objek wisata alam menjadi tmpat menarik, seperti permandian alam Bissappu. Juga dipeliharanya peninggalan-peninggalan sejarah seperti Bala Tujua yang merupakan kebanggaan masyarakat setempat.
Kabupaten Bantaeng terus berpacu dengan daerh lainnya dengan mengembangkan penataankota melalui penataan kota, drainase, lampu jalan , dan lain-lain.
SEJARAH PENETAPAN HARI JADI BANTAENG
Hari kelahiran Bantaeng adalah merupakan momentum sejarah yang meiliki makna yang sangat dalam dan mendasar, oleh karena itu maka penentuan hari jadi Bantaeng harus dilakukan dengan arif dan bijaksana serta mempertimbangkan berbagai haldan dimensi, antara lain dengan mempergunakan berbagai pendekatan dan penelitian yang seksama, seperti seminar. Disuse- diskusi ilmiahdan observasi terhadap trhadap data lontara, penelitia situs sejrah dan melalui penelitian dokumen- dokumen yang ada.
Apabila dilihat dari segi yuridis formal, maka hri jadi Bantaeng jatuh pada tanggal 14 juli 1959 disaat Undang-Undag Nomor 29 tahun 1959 tentang pembentukan Daerah-Daerah Tingkat II di Sulawesi.
Namun, pemberlakuan Undang-Undang Nomor 29 tahun 1959, bukanlah menunjukkan keberadaan Bantaeng pertama kali , karena kabupaten Bantaeng sebagai bekas Afdeling pada zaman Pemerintahan Hindia Belanda sudah lama dikenal sebagai pusat pemerintahan formal. Bahkan sejak tanggal 11 November 1737 Resident Pertama Pemerintahan Hindia Belanda telah memimpin pemerintahan Bantaeng.
Dengan statu “Butta toa”. Maka kita menoleh kepada sejarahjauh sebelumnya, ketika kerajaan Bantaeng terbentuk pada abad XII, yang telah di temukan oleh kerajaan Singosari dan kerajaan Majapahit ketika memperlebar usaha dagang dan kekuasaan ke wilayah timur dan dicatat dalam berbagai dokumen, antara lain peta wilayah Singosari dan buku Prapanca yang berjudul Negara Kertagama .
Dengan demikian, maka hari jadi Bantaeng selain bermakna historis juga bermakna simbolik yang menggambarkan nilai budaya dan kebesaran Bantaeng d masa lalu dengan adat istiadat yang khas.
Tanggal 7 menunjukkan simbo Balla Tujua di Onto, dan Tau Tujua yang memerintah di masa lalu yaitu: Karaeng Onto, Bissampole, Sinowa, Gantarang keke, Mamampang, Katapang dan Lawi-Lawi.
Selain itu, sejarah menunjukkan pada tanggal 7 Juli 1667 terjadi perang Makassar, dimana tentara Belanda mendarat lebih dahulu di Bantaeng sebelum menyerang Gowa karena letaknya yang strategis sebagai bandar pelabuhan dan lumbung pasangan Kerajaan Gowa. Serangan Belanda tersebut gagal, kaena ternyata dengan semangat patritisme rakyat Bantaeng sebagai bagian kerajaan Gowa pada waktu itu mengadakan perlawan besar-besaran .
Bulan 12, menunjukkan sistim adat 12 atau semacam DPRD sekarang, yang terdiri dari perwakilan rakyat melalui Unsur Jannang (Kepala Kampung) sebagai anggotanya , yang secara demokratis menetakan kebijaksanaan pemerintah bersama Karaeng Bantaeng
Tahun 1254 dalam atlas sejarah Dr. Muhammad Yamin telah dinyatakan
wilayah bantaeng sudah ada, ketika Kerajaan Singosari dibawah Pemerintahan Raja Kertanegara memperluas wilayahnya ke daerah timur Nusantara untuk menjali hubungan niaga pada tahun 1254-1292. Penentuan autentik Peta Singosari ini jelas membuktikan Bantaeng sudah ada dan eksis ketika itu.
Bahkan menurut Prof. Nurudin Syahadat, Bantaen sudah ada sejak tahun 500 maehi, sehinnga dijuluki Butta Toa atau Tanah Tuo (Tanah bersejarah).
Selanjutnya laorn peneliti Amerika Serikat Wayne A. Bougas menyatakan Bantayn adalah Kerajaan Makassar awal tahun 1200-1600, dibuktikan dengan ditemukannya penelitian arkeolog dan para penggali keramik pada bagian wilayah penting Bantaeng yakni berasal dari dinasti Sung(960-1279) dan ari dinasti Yuan (1279-1368).
Dengan demikian, maka sesuai kesepakatan yang telah dicapai oleh pakar sejarah , sesepuh dan tokoh masyarakat Bantaeng pada tanggal 2-4 Juli 1999. Berdasarkan Kepuusan Mubes KKB Nomor 12/Mubes KKB/VII/1999 tanggal 4 Juli 1999 tentang penetaan Hari Jadi Bantaeng maupun kesepakatan DPRD Tingkat II Bantaeng ditetapkan pada tanggal 7 bulan 12 tahun 1254, Peraturan Daerah Nomor 28 tahun 1999.
Sejak terbentuknya Kabupaten Bantaeng daerah Tingkat II Bantaeng berdasarkan UU Nomor 29 Tahun 1959, Bupati Kepala Daerah Tingkat yang pertama dilantik pada tanggal 1 Februari 1960.
Adapun pejabat pemerintah sejak terbentuknya Kabupaen Bantaeng sebagai berik: 1.A. Rifai Bulu Tahun 1960-1965
2.Aru Saleh tahun 1965-1966
3.Solthan Tahun 1966-1971
4.H.Solthan 1971-1978
5.Drs. H. Darwis Wahab Tahun 1978-1988
6.Drs.H.Malingkai Maknun Tahun 1988-1993
7.Drs.H.Said Saggaf Tahun 1993-1998
8.Drs.H. Azikin Solthan Tahun 1998-2008
9.Prof.Dr. Nurdin Tahun 2008- Sekarang
8 KECAMATAN 67 DESA/KELURAHAN
Kabupaten Bantaeng terdiri atas 8 wilayah Kecamatan yaitu Kecamatan Bissappu, Ulu Ere, Bantaeng , Eremerasa, Tompobulu,Pa’jukukang,Sinoa dan Gantarang Keke. Kecamatan Bissappu terdiri dari 4 desa dan 7 kelurahan, Kecamatan Ulu Ere terdiri dari 6 desa , Kecamatan Bantaeng terdiri dari 1 desa dan 8 kelurahan ,Kecamatan Eremerasa terdiri dari 9 desa, Kecamatan Tompobulu terdiri dari 6 desa dan 4 kelurahan , Kecamatan Pa’jukukangterdiri dari 10, Kecamatan Sino terdiri dari 6 desa desa dan kecamatan Gantarang Keke terdiri dari 4 desa dan 2 kelurahan . Kecamatan Bissappu: Nama pejabat Tk. Kecamatan, Kepala Kelurahan, Kepala Desa dan Luas daerah Desa/Kelurahan di Kecamatan Bissappu . Kecamatan Bantaeng: Nama Pejabat Tk. Kecamatan , Kepala Kelurahan, Kepala Desa dan Luas daerah Desa dan kelurahan di Kecamatan Bantaeng.
Kecamatan Tompobulu: Nama Pejabat Tk. Kecamatan, kepala Kelurahan, Kepala Desa dan Luas daerah Dea, dan Kelurahan di Kecamatan Tompobulu. Kecamatan Pa’jukukang: Naa Pejabat Tk. Kecamatan Kepala Kelurahan Kepala Desa dan Luas daerah Desa, dan kelurahan Kecamatan Pa’jukukang.
Kecamatan Ulu Ere:Nama Pejabat Tk. Kecamatan , Kepala Kelurahan , Kepala Desa dan Luas daerah Desa di kecamatan Ulu Ere. Kecamatan Eremerasa: Nama Pejabat Tk. Kecamatan, Kepala Kelurahan , Kepala Desa dan Luas daerah Desa dan Kelurahan di Kecamatan Eremerasa.
Kecamatan Sinoa: Nama Pejabat Tk. Kecamatan, Kepala Kelurahan ,Kepala Desa dan Luas daerah Desa dan Kelurahan di Kecamatan Sinoa.
Kecamatan Gantarang Keke: Nama Pejabat Tk. Kecamatan, Kepala Kelurahan, Kepala Desa dan Luas daerah Desa dan Kelurahan di Kecamatan Gantarang Keke
PENDIDIKAN
Pendidikan di Kabupaten Bantaeng adlah baagian integral dari sistim pendidikan nasional yang berdasarkan Pancasila dan bertujuan untuk mempertinggi ketaqwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, kecerdasan ,keterampilan , budi pekerti, kepribadian dan semangat kebanggsaan sehinnga dapat menumbuhkan manusia-manusia pembangunan yang mampu membangun dirinya sendiri serta bersama bertanggungjawab atas pembangunan bangsa.
Dalam rangka mencerdaskan bangsa serta meningkatkan parisipasi sekolah pendudukan tentunya harus diimbangi dengan penyediaan sarana dan prasarana pendidikan, baik pendidikan formal maupun non formal .
KESEHATAN
Pembangunan bidang kesehatan di Kabupaten Bantaeng diarahkan agar pelayanan kesehatan meningkat lebih luas, lebih merata, terjangkau oleh lapisan masyarakat. Kesehatan merupakan bagian yang terpenting dan diharpkan dapat menghasilkan derajat kesehatan yang lebih tinggi dan memungkinkan setiap orng hidup dan produktif secara social dan ekonomis
Penyediaan sarana kesehatan masyarakat berupa rumah sakit, puskesmas , dan tenaga kerja kesehatan , semakin ditingkatkan jumlahnya sesuai rencana pertahapannya , sejalan dengan itu penyediaan obat-obatan, alat kesehatan, pemberantasan penyakit menular dan peningkatan penyuluhan di bidang kesehatan .
Adapun sarana pelayanankesehatan di Kabupaten Bantaeng pada tahun 2006 telah tersedia berupa berupa sakit umum 1 buah , puskesmas/pustu 34 buah , puskesmas keliling 13 buah, balai pengobatan 2 buah, dan 25 polindes. Jumlah dokter praktek sebanyak 26 orang, bidang desa 52 orang apotik 5 buah, dan took obat sebanyak 17 buah. Disamping itu Kabupaten Bantaeng jumlah tenaga kesehatan pada tahun 2006 sebanyak 239 orang.
KELUARGA BERENCANA
Salah satu usaha pemerintah untuk menekan laju pertumbuhan penduduk adalah menggalakkan program keluarga berencana. Dalam rangka mengendalukan laju pertumbuhan penduduk dan menciptakan keluarga kecil yang bahagia dan sejahterayang menjadi dasar bagi tewujudnya masyarakat sejahtera dengan mengendalikan kelahiran, beberapa cara telah ditempuh antar lain melalui kampanye gerakan keluarga berencana dan secara langsung mengatur kelahiran dengan memamfaatkan alat kontrasepsi untuk pengaturan kehamilan.
Sasaran kebijaksanaan program keluarga berencana adalah rangka upaya menurunkan tingkat kelahiran dan diharapkan semua PUS dapat menjadi peserta KB yang aktif. Jumlah PUS di Kabupaten Bantaeng tahun 2006 sebanyak 28.352 orang.
Jumlah akseptor KB aktif di Kabupaten Bantaeng tahun 2006 tercatat 22.016 orang , dimana 30,71% pemakai pil, 2,27% memakai IUD. 0,57% memakai kondom, 55,11% menggunakan suntikan dan sisanya 11,34% memakai alat kontosepsi lainnya. Persentase akseptor KB aktif terhadap PUS sekitar 77,65%.
AGAMA
Upaya pemenuhan sarana dan prasarana kehidupan beragama pada dasarnya merupakan tanggungjawab masyarakat, karna pemerintah juga mempunyai tanggungjawab atas pembinaan kehidupan beragama dalam masyarakat, maka pemerintah telah memberikan bantuan dalam rangka pemenuhan kebutuhan tersebut
Jumlah penduduk Kabuaten Bantaeng yang menganut Agama Islam sebesar 99,68% dan 0,32% merupakan non muslim.
Sarana peribadatan di Kabupaten Bantaeng pada than 2006 sebanyak 443 yang trdiri dari mesjd 303, sanggar 138 dan gereja 2.
KRIMINALITAS
Keamanan dan ketertiban merupakan salah satu Pendorong proses pembangunan. Terjadinya masalah kriminalitas kemungkinan disebabkan antara lain pertambahan pendudk dan banyaknya pengangguran. Kedua hal tersebut akan menimbulkan kerawanan social karena para penganggur dituntut untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, maka timbul keinginan untuk melakukan tindakan kejahatan berupa pencurian, pembunuhan dan lain-lain.
Adapun jumlah peristiwa kejahatan termasuk kecelakaan lalu lintas yang dilaporkan pada tahun 2005 tercatat 159 peristiwa dan pada tahun 2006 turun menjadi 1006 peristiwa.
By:Sahar_Pratama