EFIKASI
DIRI
Efikasi
diri merupakan salah satu aspek pengetahuan tentang diri atau self knowwledge yang paling berpengaruh dalam kehudupan
maanusia sehari-hari. Hal ini disebabkan efikasi diri yang dimiliki ikut
memengaruhi individu dalam menentukan tindakan yang akan dilakukan untuk
mencapai suatu tujuan termasuk di dalamnya perkiraan berbagai kejadian yang
akan dihadapi.
A.
PENGERTIAN
EFIKASI DIRI
Bandura
adalah tokoh yang memperkenalkan
istilah efikasi diri (self-efficacy). Ia
mendefenisikan bahwa efikasi dirii adalah keyakinan individu mengenai kemampuan
dirinya dalam melakukan tugas atau tindakan yang diperlukan untuk mencapai
hasil tertentu.47 Sementara itu, Baron dan Byrne (1991) mendefenisikanan
efikasi diri sebagai evaluasi seseorang mengenai kemampuan atau kompetensi
dirinya untuk melakukan suatu tugas, mencapai tujuan, dan mengatasi hambatan.
Bandura dan Woods menjelaskan bahwa efikasi diri mengacu pada keyakinan akan
kemampuan individu untuk menggerakkan motivasi, kemampuan kognitif, dan
tindakan yang diperlukan untuk memenuhi tuntutan situasi. 48.
Meskipun
Bandura menganggap bahwa efikasi diri terjadi pada suatu kemampuan fenomena
situasi khusus, para peneliti yang lain telah membedakan efikasi diri khusus
dari efikasi diri secara umum atau generalized
self-efficacy.49 efikasi diri secara umum menggambarkan suatu
penilaian dari seberapa baik seseorang dapat melakukan suatu perbuatan pada
situasi yang beraneka ragam.
Efikasi diri secara umum
berhubungan dengan dengan harga diri atau self-esteem karena
keduanya merupakan aspek dari penilaian dari yang berkaitan dengan kesuksesan
atau kegagalan seseorang sebagai seorang manusia.50 Meskipun
demikian, keduanya juga memiliki perbedaan, yaitu efikasi diri tidak mempunyai
komponen penghargaan diri seperti self-esteem.
Harga diri ( self-esteem) mungkin suatu sifat yang menyemarakkan; efikasi diri
selalu situasi khusus dan hal ini mendahului aksi dengan segera. Sebagai
contoh, sesorang bisa memiliki efikasi diri secara umum yang tinggi, dia
mungkin menganggap dirinya sanggup dalam banyak situasi. – namun, memiliki
harga diri yang rendah karena dia percaya bahwa dia tidak memiliki nilai pokok
pada hal yang dikuasai.
Bandura
(1997) mengatakan bahwa efikasi diri
pada dasarnya adalah hasil proses kognitif berupa keputusan, keyakinan,
atau penghargaan tentang sejauh mana individu memperkirakan kemampuan dirinya
dalam melaksanakan tugas atau tindakan tertentu yang diperlukan untuk mencapai
hasil yang diinginkan. Menurut dia, efikasi diri tidak berkaitann dengan
kecakapan yang dimiliki, tapi berkaitan dengan keyakinan individu mengenai hal
apa yang dapat dilakukan dengan kecakapan yang ia miliki seberapa pun besarnya.
Efikasi diri menekannkan pada komponen keyakinan diri yang dimiliki seseorang
dalam menghadapi situasi yang akan datang yang mengandung kekaburan, tidak
dapat diramalkan, dan sering penuh dengan tekanan. Meskipun efikasi diri
memiliki suatu pengaruh sebab-musabab yang besar pada tindakan kita, efikasi
diri berkombinasi dengan lingkungan, perilaku sebelumnya, dan variabel-variabel
personal lainnya, terutama harapan terhadap hasil untuk menghasilkan perilaku.
Efikasi diri akan mempengaruhi beberapa aspek dari kognisi dan perilaku
seseorang. Gist dan Mitchell mengatakan bahwa efikasi diri dapat membawa pada
perilaku yang berbeda di antatara individu dengan kemampuan yang sama kaena
efikasi diri memengaruhi pilihan, tujuan, pengatasan masalah, dan kegigihan
dalam berusaha (Judge dan Erez, 2001).
Seseorang
dengan efikasi diri percaya bahwa mereka mampu melakukan sesuatu untuk mengubah
kejadian-kejadian di sekitarnya, sedangkan seseorang dengan efikasi diri rendah
menganggap dirinya pada dasarnya tidak mampu mengerjakan segala sesuatu yang
ada disekitarnya. Dalam situasi yang sulit, orang dengan efikasi yang rendah
cenderung mudah menyerah. Sementara dengan orang dengan efikasi diri yang
tinggi akan berusaha lebih keras untuk mengatasi tantangan yang ada. 51
Hal senada juga di ungkapkan oleh Gist, yang menunjukkan bukti bahwa perasaan
efikasi diri memainkan satu peran penting dalam mengatasi memotivasi pekerja
untuk menyelesaikan pekerjaan yang menantang dalam kaitannya dengan pencapaian
tujuan tertentu.52
Dalam
kehidupan sehari-hari, efikasi diri memimpin kita untuk menentukan cita-cita yang
menantang dan tetap bertahan dalam menghadapi kesulitan-kesulitan. Lebih dari
seratus penelitian memperlihatkan bahwa efikasi diri meramalkan produktivitas
pekerja.53 ketika masalah-masalah muncul, perasaan efikasi diri yang
kuat mendorong para pekerja untuk tetap tenang dan mencari solusi daripada
merenung ketidakmampuannya. Usaha dan kegigihan menghasilkan prestasi.
Judge
dkk, menganggap bahwa efikasi diri ini adalah indikator positif dari core self-evaluation untuk melakukan
evaluasi diri yang berguna untuk memahami diri (Judge dan Bono,2001). Efikasi
diri merupakan salah satu aspek pengetahuan tentang diri atau sel-knowledge yang paling berpengaruh
dalam kehidupan manusia sehari-hari karena efikasi diri yang dimiliki ikut
memengaruhi individu dalam menentukan tindakan yang akan dilakukan untuk
mencapai suatu tujuan, termasuk di dalamnya perkiraan terhadap tantangan yang
akan dihadapi.
Berdasarkan
uraian di atas dapat disimpulkan bahwa efikasi diri secara umum keyakinan
seseorang mengenai kemampuannya dalam mengatasi beraneka ragam situasi yang
muncul dalam hidupnya. Efikasi diri tidak berkaitan dengan kecakapan yang ia
miliki seberapa aspek dari kognisi dan perilaku seseorang. Oleh karena itu,
perilaku satu individu akan berbeda dengan individu yang lain.
47. J. Feist, dan G.J Feist, “theories of Personality”, Fourth
Edition, (Boston:Mcgraw-Hill Companies Inc., 1998)
48. N.W Wulandari, “ Hubungan Antara
Efikasi Diri dan Dukungan Sosial dengan Kepuasan Kerja”, Skripsi, (Tidak diterbitkan), (Jogjakarta: Fakultas Psikologi UGM,
2000)
49. Chen dan Gully; Gist; Gist dan
Mitchel dalam R.Hogan, & B.W Robbert, Personality
Psychology: in the Workplace, (Washington DC: American Psychology
Association, 2001)
50. Locke dkk, dalam ibid.
B.
PERKEMBANGAN EFIKASI DIRI
Efikasi
diri merupakan unsur kepribadian yang berkembang melalui pengamatan-pengamatan
individu terhadap akibat-akibat tindakannya dalam situasi tertentu. Persepsi
sesorang mengenai dirinyanya dibentuk selama hidupnya melalui reward dan punishment dari orang-orang disekitarnya. Unsur penguat (reward dan punishment) lama-kelamaan dihayati sehingga terbentuk pengertian
dan keyakinan mengenai kemampuan diri. Bandura (1997) mengatakan bahwa persepsi terhadap efikasi
diri setiap individu berkembang dari pencapaian secara berangsur-angsur akan kemampuan dan
pengalaman tertentu secara terus-menerus. Kemampuan memersepsikan secara
kognitif terhadap kemampuan yang dimiliki memunculkan keyakinan atau kemantapan
diri yang akan digunakan sebagai landasan bagi individu untuk berusaha
semaksimal mungkin mencapai target yang telah ditetapkan.
Menurut
Bandura (1997) efikasi diri dapat ditumbuhkan dan dipelajari melalui empat
sumber informasi utama. Beriku ini adalah empat unsur-unsur informasi tersebut.
1.
Pengalaman
keberhasilan (mastery experience)
Sumber
informasi ini memberikan pengaruh besar pada efikasi diri individu karena
didasrkan pada pengalaman-pengalaman pribadi individu secara nyata yang berupa
keberhasilan dan kegagalan. Pengalaman keberhasilan akan menaikkan efikasi diri
individu, sedangkan pengalaman kegagalan akan menurunkannya. Setelah efikasi
diri yang kuat berkembang melalui
serangkaian keberhasilan, dampak negatif dari kegagalan-kegagalan yang umum
akan terkurangi. Bahkan kemudian kegagalan diatasi dengan usaha-usaha tertentu
yang dapat memperkuat motivasi diri apabila seseorang menemukan lewat
pengalaman bahwa hambatan tersulit pun dapat di atasi melalui usaha yang
terus-menerus.
2.
Pengalaman
orang lain (vicarious experience)
Pengamatan
terhadap keberhasilan orang lain dengan kemampuan yang sebanding dalam
mengerjakan suatu tugas akan meningkatkan efikasi diri individu dalam
mengerjakan tugas yang sama. Begitu pula sebaliknya, pengamatan terhadap
kegagalan orang lain akan menurunkan penilaian individu mengenai kemampuannya
dan individu akan mengurangi usaha yang akan dilakukan. 54
3.
Persuasi
verbal (verbal persuasion)
Pada
persuasi verbal, individu diarahkan dengan saran, nasihat, dan bimbingan
sehingga dapat meningkatkan keyakinannya tentang kemampuan-kemampuan yang
dimiliki yang dapat membantu mencapai tujuan yang diinginkan. Individu yang
diyakinkan secara verbal cenderung akan berusaha lebih keras untuk mencapai
suatu keberhasilan. Menurut Bandura (1997), pengaruh persuasi verbal tidaklah
terlalu besar karena tidak memberikan suatu pengalaman yang dapat langsung
dialami atau diamati individu. Dalam kondisi yang menekan dan kegagalan
terus-menerus, pengaruh sugesti akan cepat lenyap jika mengalami pengalaman
yang tidak menyenangkan.
4.
Kondisi
fisiologis (psysiological state)
Individu
akan mendasarkan informasi mengenai kondisi fisiologis mereka untuk menilai
kemampuannya. Ketegangan fisik dalam situasi yang menekan dipandang individu
sebagai suatu tanda ketidakmampuan karena hal itu dapat melemahkan perfomansi
kerja individu.
****
Berdasarkan
uraian di atas dapat di simpulkan bahwa efikasi diri dapat ditumbuhkan dan
dipelajari melalui emapt sumber informasi utama, yaitu Pengalaman keberhasilan (mastery experience, Pengalaman orang
lain (vicarious experience), Persuasi
verbal (verbal persuasion), Kondisi
fisiologis (psysiological state).
54.
Brown dan Inouge dalam A. Bandura, Self-Efficacy:
The Exercise of Control, (New York: W.H.Freeman and Company,1997)
C.
ASPEK-APEK
EFIKASI DIRI
Menurut
Bandura (1997), efikasi diri pada diri tiap individu akan berbeda antara satu
individu dengan yang lainnya berdasarkan tiga dimensi. Berikut adalah tiga
dimensi tersebut.
1.
Dimensi
tingak level (level)
dimensi ini berkaitan
dengan derajat kesulitan tugas ketika individu merasa mampu untuk melakukannya.
Apabila individu dihadapkan pada tugas-tugas yang disusun menurut tingkat
kesulitannya, maka efikasi diri individu mungkin akan terbatas pada tugas-tugas
yang mudah, sedang, atau bahkan meliputi tugas-tugas yang paling sulit, sesuai
dengan batas kemampuan yang dirasakan untuk memenuhi tuntutan perilaku yang
dibutuhkan pada masing-masing tingkat. Dimensi ini memiliki implikasi terhadap
pemilihan tingkah laku yang dirasa mampu dilakukannya dan menghindari tingkah
laku yang berada di luar batas kemampuan yang di rasakannya.
2.
Dimensi
kekuatan (strength)
Dimensi ini berkaitan
dengan tingkat kekuatan dari keyakinan atau pengharapan individu mengenai
kemampuannya. Pengharapan yang lemah mudah digoyahkan oleh
pengalaman-pengalaman yang tidak mendukung. Sebaliknya, pengharapan yang mantap
mendorong individu tetap bertahan dalam usahanya. Meskipun mungkin ditemukan
pengalaman yang kurang menunjang. Dimensi ini biasanya berkaitan langsung
dengan dimensi level, yaitu makin tiggi level taraf kesulitan tugas, makin
lemah keyakinan yang dirasakan untuk menyelesaikannya.
3.
Dimensi
generalisasi (geneality)
Dimensi ini berkaitan
dengan luas bidang tingkah laku yang mana individu merasa yakin akan
kemampuannya. Individu dapat merasa yakin terhadap kemampuan dirinya. Apakah
terbatas pada suatu aktivitas dan situasi tertentu atau pada serangkain
aktivitas dan situasi yang bervariasi.
*******
Berdasarkan uraian di
atas, dapat disimpulkan bahwa dimensi-dimensi, efikasi diri adalah tingkat
(level), dimensi kekuatan (strenght), dan
dimensi generalisasi (generality).
Sumber Buku : Ghufron M. Nur &
Risnawati Rini S. 2010. Teori-Teori
Psikologi. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media